Jelang Hari Santri 2025, PWNU Jateng Ziarahi Makam KH Sholeh Darat dan KH Ridwan Mujahid

Jelang Hari Santri 2025, PWNU Jateng Ziarahi Makam KH Sholeh Darat dan KH Ridwan Mujahid

SEMARANG - Dalam rangkaian peringatan Hari Santri 2025, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah menggelar ziarah muharrik (penggerak -red) ke makam dua ulama besar KH Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani atau yang lebih dikenal KH Sholeh Darat dan KH Muhammad Ridwan Mujahid, yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Kota Semarang, Selasa (21/10/2025).

 
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Wakil Ketua PWNU Jateng, KH Mandzur Labib, dan diikuti segenap pengurus PWNU serta panitia Hari Santri 2025, baik dari unsur steering committee maupun organizing committee.
 
Dalam kesempatan itu, Gus Mandzur memimpin dzikir, tahlil, dan doa bersama dengan bacaan wirid musabbiat yang ia dapatkan melalui jalur sanad keilmuan para ulama besar.
 
“Ijazah wirid musabbiat ini saya dapatkan dari guru saya, yang bersambung hingga KH Rukyat, KH Idris Jamsaren Solo, dan KH Sholeh Darat. Setiap bacaan memiliki urutan tersendiri — mulai dari Al-Fatihah, Al-Insyirah, Al-Qadr, Al-Ikhlas, hingga Al-Mu’awwidzatain — masing-masing dibaca tujuh kali,” ungkapnya.
 
Teladan Ilmu dan Perjuangan KH Sholeh Darat
KH Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Mayong, Jepara, tahun 1820 M. Ia dikenal sebagai ulama besar yang menjadi mahaguru para tokoh bangsa, di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, dan Raden Ajeng Kartini.
 
Sebagai ulama yang mendalami berbagai disiplin ilmu — dari tafsir, fiqih, hingga tasawuf — Kiai Sholeh Darat dikenal produktif menulis. Salah satu karyanya yang monumental adalah kitab tafsir Faidhir Rahman, yang ditulis dalam aksara Arab Pegon atas permintaan RA Kartini agar bisa memahami makna Al-Qur’an.
 
Kiai Sholeh Darat juga dikenal sebagai ulama yang memilih jalan dakwah dan pendidikan dalam melawan penjajahan. Melalui pengajaran dan karya-karyanya, ia menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin yang kelak melahirkan generasi penggerak kebangkitan Islam Nusantara.
 
KH Ridwan Mujahid, Mustasyar PBNU Pertama dan Penggerak NU Semarang
Selain berziarah ke makam KH Sholeh Darat, PWNU Jateng juga berdoa di pusara KH Muhammad Ridwan Mujahid, murid sekaligus penerus perjuangan Kiai Sholeh Darat yang dikenal sebagai Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pertama.
 
KH Ridwan Mujahid merupakan ulama Kauman Semarang yang berperan besar dalam memperkenalkan Nahdlatul Ulama di Kota Semarang bersama para sahabatnya, seperti KH Abdullah dan KH Showam. Ia juga menjadi motor pendirian NU Cabang Semarang pada 24 April 1928, dua tahun setelah NU berdiri di Surabaya.
 
Sebagai murid KH Sholeh Darat, Kiai Ridwan dikenal teguh menyebarkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di Semarang. Ia turut hadir dalam deklarasi pendirian NU pada 31 Januari 1926 dan dipercaya menjadi Mustasyar Syuriyah PBNU periode pertama bersama sejumlah ulama besar Nusantara.
 
Kiprahnya berlanjut dengan suksesnya pelaksanaan Muktamar ke-4 NU tahun 1929 di Semarang, yang menjadi tonggak awal menguatnya jaringan NU di luar Surabaya. (*)



.