Lesbumi PWNU Jateng Bersama Baznas Gelar Pelatihan Sinematografi Santri se-Jawa Tengah Angkatan Ke-2

Lesbumi PWNU Jateng Bersama Baznas Gelar Pelatihan Sinematografi Santri se-Jawa Tengah Angkatan Ke-2

Semarang - Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jateng menggelar pelatihan sinematografi bagi santri pondok pesantren se-Jawa Tengah. Kegiatan bertajuk “Meningkatkan Kreativitas dan Dakwah di Era Digital, Membangun Kemandirian Santri Jawa Tengah” ini dilaksanakan di kompleks Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang selama dua hari, Senin–Selasa (8–9/9/2025).

 
Pelatihan diikuti 125 santri dari berbagai pesantren di Jawa Tengah. Mereka akan dibimbing langsung oleh praktisi dan akademisi perfilman, salah satunya Agus Triyono, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Materi yang diberikan meliputi pengenalan angle kamera, teknik pengambilan gambar, ide cerita, penulisan naskah, hingga praktik produksi film pendek.
 
Ketua Lesbumi PWNU Jateng Abdul Gani menegaskan, kegiatan ini menjadi bagian dari ikhtiar mengembalikan pesantren sebagai pusat seni dan budaya Islam Nusantara. 
 
“Kami ingin para santri tidak hanya kuat dalam kajian kitab, tetapi juga mampu berdakwah melalui media visual. Era digital menuntut pesantren hadir dengan karya yang bisa dinikmati masyarakat luas,” jelasnya.
 
Menurutnya, porsi materi dalam pelatihan ini hanya 30 persen teori, sementara 70 persen berupa praktik langsung. Hasilnya, para peserta ditargetkan mampu memproduksi film pendek sederhana. 
 
“Pada pelatihan pertama yang diikuti 100 peserta beberapa saat lalu, sudah lahir 15 film pendek karya santri yang mengangkat nilai dakwah, moral, dan tradisi Islam Nusantara. Itu menjadi bukti bahwa santri bisa berkarya di bidang sinematografi,” tambahnya.
 
Ia berharap, setelah pelatihan, santri dapat membentuk komunitas atau kelompok sinematografi di pesantren masing-masing. Dengan demikian, dakwah melalui film, konten kreatif, maupun media sosial bisa lebih masif. 
 
“Kami juga membuka peluang kerja sama dengan Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng agar pelatihan ini berlanjut, tidak berhenti di level dasar saja,” ungkapnya.
 
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen yang hadir membuka acara mewakili Gubernur Ahmad Luthfi, mengapresiasi inisiatif ini. Ia menyebut dakwah santri harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. 
 
“Metode dakwah melalui film pendek akan lebih mudah diterima masyarakat, terutama generasi muda. Media sekarang tidak ada sekat, bisa berkembang di TikTok, Instagram, dan platform lain. Namun, tetap harus disertai ilmu akhlak dan adab,” tuturnya.
 
Ia menegaskan, konten sinematografi dari kalangan pesantren perlu hadir agar bisa dipertanggungjawabkan dan memberi edukasi yang lebih bermanfaat.
 
“Dua hari ini harus konsentrasi betul karena ilmu ini tidak didapat di pondok pesantren. Santri harus belajar memvisualisasikan dakwah agar lebih mudah dan tidak membosankan,” imbuhnya.
 
Ketua Baznas Jawa Tengah KH Ahmad Darodji menegaskan sinematografi adalah sarana untuk menyampaikan pesan secara efektif. Menurutnya, materi pelatihan mencakup peran kameramen, sutradara, hingga musik.
 
“Ucapan dan kata-kata saja tidak selalu efektif, harus diimbangi dengan visual. Kita ingin disiplin, kali ini kita akan mencetak sineas yang bagus dan kreatif,” katanya.
 
Ia menambahkan, termasuk pelatihan sinematografi, Baznas hingga saat ini sudah melatih 13.879 orang dengan 23 jenis program, total anggaran Rp22 miliar.
 
“Harapannya, ini menjadi salah satu upaya pembangunan SDM dunia pesantren,” tandasnya.