Pesan Ketua PWNU Jateng, Gus Rozin di Hari Santri 2025: Dari Pesantren untuk Peradaban Indonesia
SEMARANG - Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Rozin, mengingatkan bahwa peringatan Hari Santri Nasional bukan sekadar seremonial atau euforia tahunan. Menurutnya, Hari Santri adalah momentum penting untuk meluruskan sejarah dan menegaskan kembali peran besar pesantren serta santri dalam perjalanan panjang Republik Indonesia.
Dalam pesan khususnya di Hari Santri 2025, Gus Rozin menegaskan bahwa sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga kini, pesantren dan santri telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sejarah bangsa. Mereka bukan hanya saksi, tetapi juga pelaku utama dalam menyalakan semangat kemerdekaan, menjaga keutuhan bangsa, dan menanamkan nilai kebangsaan yang bersumber dari ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin.
“Hari Santri bukanlah sekadar peringatan seremonial dan hura-hura, tetapi momentum untuk menegaskan kembali serta meluruskan sejarah tentang peran besar pesantren dan santri bagi Republik Indonesia,” ungkapnya di Gedung PWNU Jateng, Jl dr Cipto 180 Semarang. Selasa (21/10/2025).
Gus Rozin menjelaskan, pesantren memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter bangsa yang berakhlak, religius, dan nasionalis. Melalui pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam, pesantren telah menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan sosial.
“Pesantren tidak hanya mempersiapkan insan yang berilmu, tetapi juga menyiapkan generasi yang sholeh dan akram, generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zaman, mampu menjadi pemecah persoalan kehidupan modern yang kompleks, namun tetap ikhlas dan bertakwa kepada Allah Swt,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa memperkuat pesantren berarti memperkuat masa depan Indonesia. Pesantren yang kuat akan melahirkan generasi berkarakter, berakhlak mulia, dan bermartabat tinggi — generasi yang siap menjaga bangsa, memuliakan peradaban, serta menjaga agama di tengah perubahan zaman yang semakin cepat.
“Pesantren tetap menjadi acuan nilai, ilmu, akhlak, dan cinta tanah air. Dari pesantren, kita belajar bagaimana berpikir moderat, bersikap tawadhu, serta menjunjung tinggi persaudaraan dan persatuan,” tambah pengasuh pesantren Maslakul Huda Kajen Pati ini.
Dalam kesempatan itu, Gus Rozin juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya santri, keluarga besar pesantren, dan jamaah Nahdlatul Ulama, untuk berpartisipasi aktif dalam rangkaian Puncak Hari Santri 2025 yang akan digelar di GOR Wujil, Kabupaten Semarang, pada 23–25 Oktober 2025.
“Mari kita jadikan Hari Santri sebagai ruang kebersamaan, syiar kebangsaan, dan wujud cinta kita kepada pesantren dan tanah air. Ini saatnya kita buktikan bahwa pesantren adalah kekuatan bangsa, bukan beban bangsa. Kehadiran pesantren justru dibutuhkan untuk menjaga arah moral dan spiritual Indonesia,” tegasnya.
Mengakhiri pesannya, Gus Rozin menyampaikan ajakan kepada seluruh santri di Jawa Tengah dan Indonesia.
“Dari Jawa Tengah, kami menyerukan: Pesantren Kuat, Generasi Bermartabat! Semoga Hari Santri 2025 menjadi momentum memperkokoh tekad kita dalam membangun bangsa dengan semangat santri yang berjiwa ikhlas, tangguh, dan cinta tanah air," tandasnya. (*)
.
.