Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan ke-XIV di Semarang

Standardisasi Imam dan Khatib Jumat Angkatan ke-XIV di Semarang

SEMARANG - Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan LD Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Kanwil Kemenag Jateng, Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU, dan LTM PWNU Jawa Tengah kembali menggelar Standardisasi Kompetensi Imam dan Khatib Jumat Angkatan ke-XIV. Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Grasia Semarang, Kamis (16/10/2025).

 
Sebanyak 70 peserta dari unsur LD PCNU, LD MWCNU, LTM, serta kader NU se-Jawa Tengah mengikuti program ini. Mereka akan menjalani serangkaian ujian dan pelatihan sebelum memperoleh sertifikat nasional resmi dari LD PBNU.
 
Sejumlah tokoh hadir dalam pembukaan kegiatan, antara lain Wakil Ketua PWNU Jateng, KH Agus Riyanto, Sekretaris LD PBNU, KH Nurul Badruttamam, Ketua LD PWNU Jateng, KH Saiful Amar, dan Ketua LTM PWNU Jateng, KH Nur Akhlis. Hadir pula Kabid Diklat Masjid Istiqlal Jakarta, KH Mula Warman Hanane, serta Kabid Urais Kanwil Kemenag Jateng, KH Achmad Farhan, yang sekaligus membuka acara secara resmi.
 
Pre-Test dan Wawancara
 
Kegiatan diawali dengan pre-test dan wawancara meliputi ujian tertulis, praktik imam dan khatib, serta pembacaan kitab kuning. Asesor berasal dari LD PBNU, Masjid Istiqlal Jakarta, dan LD PWNU Jateng.
 
KH Achmad Farhan menekankan pentingnya penguasaan retorika dalam dakwah. Ia mengutip filosofi Aristoteles tentang tiga pilar retorika: etos (akhlak dan integritas), logos (logika dan kebenaran pesan), serta pathos (semangat menyeru pada kebaikan).
 
“Retorika adalah seni menyampaikan pesan secara efektif. Seorang da’i harus mampu menyentuh akal sekaligus hati umat,” ujarnya.
 
Sementara itu, H Ahmad Shaleh Amin, menyampaikan apresiasi dan berharap para peserta kelak mampu menjadi imam dan khatib yang ramah, bijak, dan penuh hikmah di tengah masyarakat.
 
Menuju Masjid Berdaya dan Berdampak
 
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, H Arsad Hidayat, turut memberikan dukungan. Menurutnya, program standardisasi ini merupakan langkah strategis untuk mewujudkan Masjid Berdaya dan Berdampak (MADADA).
 
“Masjid harus diisi oleh imam dan khatib yang kompeten, bersertifikat, dan mampu menjawab tantangan zaman,” ungkapnya.
 
Penegasan senada disampaikan Sekretaris LD PBNU, KH Nurul Badruttamam. Ia menyebut lulusan angkatan ini akan diarahkan untuk bertugas di masjid-masjid strategis, termasuk masjid BUMN dan masjid binaan Kemenag.
 
“Harapannya, lahir imam dan khatib yang memperkuat dakwah Islam yang santun dan solutif. Di era digital, da’i juga harus melek media dan mampu berdakwah secara adaptif,” tutupnya. (*)



.